BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kelainan
pada gigi dapat disebabkan pleh karies dan penyakit periodontal yang dalam
proses infeksinya terjadi karena lingkungan bakteri rongga mulut. Adanya
kondisi tersebut tidak diherankan jika ditemukan infeksi gigi piogenik, dmana
penyebab utama infeksi adalah bakteri penghasil nanah dalam rongga mulut.1,2
Penyakit periodontal
sering melibatkan sejumlah penyebab dan gejala-gejala yang kompleks. penelitian
juga menyebutkan adanya hubungan antara diabetes Melitus dengan penyakit
periodontal (Periodontitis).1,2
Penderita DM menunjukan
resiko yang lebih tinggi untuk mengalami periodontitis. Hal ini mungkin
disebabkan oleh karena adanya perubahan pada pembuluh darah, gangguan fungsi
neutrofil, sintesis kolagen, factor-faktor mikrobiotik, dan predisposisi
genetic.2
Komplikasi kesehatan
rongga mulut yang dilaporkan berhubungan dengan DM adalah kehilangan gigi,
gingivitis, periodontitis, dan kelainan patologis jaringan lunak rongga mulut.
Keluhan p[ada rongga mulut dapat timbul pada penderita DM yang belum
terdeteksi, pasien DM yang belum terkontrol, atau pasien DM dengan perawatan
yang tidak adekuat. Prevalensi dan keparahan komplikasi medis dan kesehatan
rongga mulut tergantung pada tipe DM.1,3
Diabetes mellitus (DM)
merupakan suatu penyakit dengan karakteristik perubahan toleransi glukosa dan
gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat. Pada penderita DM ditemukan
penurunan fungsi PMN, yang dapat menyebabkan penurunan resistensi host terhadap
infeksi. 2,3
Pasien DM memiliki laju
kehilangan gigi dan penyakit periodontal yang lebih tinggi daripada non
diabetes dan lamanya menderita diabetes juga memperbesar kerusakan jaringan
periodontal. Pasien Dm yang control metabolismenya tapi kesehatan atau
kebersihan mulutnya baik, hanya mengalami kerusakan periodontal yang minimal.3
BAB
II
PEMBAHASAN
Peridontitis yaitu
hilangnya pelekatan ligament periodontal dan tulang pendukung gigi yang sering
kali disertai dengan inflamasi pada jaringan ginggiva. Periodontitis umumnya
disebabkan oleh plak, yaitu lapisantipis biofilm yang mengandung bakteri, dan
sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau
putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah
plak yang tepat berada diatas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar
kebawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.1,2,3
Tanda klinik dari
penyakit periodontitis diantaranya:
- Inflamasi
ginggiva
- Poket
gusi
- Resesi
ginggiva
- Mobilitas
gigi
- halitosis
Periodontitis dapat
disebabkan oleh berbagai factor. Tetapi secara umum factor penyebab
periodontitis dbagi dalam dua golongan, yaitu faktor local dan factor sistemik.
Factor local yang menyebabkan periodontitis diantaranya factor disekitar gigi
atau jaringan penyangga gigi yang dapat mem berikan rangsangan secara langsung
pada jaringan penyangga gigi, termasuk didalamnya plak gigi dan bakteri, traumatik
oklusi, kalkulus, dan titik kontak gigi. Dapat juga disebabkan oleh bernafas
dengan mulut, kelainan lidah, trauma gigi dan iritasi kronis.1,3,4
Pada factor sistemik
dilihat dari daya tahan jaringan terhadap serangan dari luar, tetapi dilain pihak
factor sistemik dapat menurunkan daya tahan jaringan, antara lain diabetes,
penyakit paratiroid, dan nutrisi tidak seimbang.2,5
Pada kasus diatas dapat
kita lihat terdapat penyakit periodontitis didukung oleh factor sistemik
diabetes mellitus. Keadaan periodontal yang sehat ataupun yang sakit tergantung
dari infeksi diantara bakteri dan respon rongga mulut.1
MEKANISME
DAN PATHOGENESIS PERIODONTITIS DAN DIABETES MELITUS
DM manifestasi oralnya yaitu abses periodontal.
DM berpengaruh aktif pada proses kerusakan jaringan di rongga mulut. Pada
penderita DM pasti ada faktor iritasi lokal, dimana DM sebagai faktor
predisposisi dan plak sebagai faktor lokal periodontitis. DM dapat mempercepat
kerusakan jaringan periodontal dengan agen mikrobial, perubahan vaskuler pada
penderita DM mengenai perubahan pembuluh darah besar dan kecil ( angiopati )
jaringan periodontal mengalami kekurangan suplai darah dan O2
kerusakan jaringan.
Kekurangan 02 bakteri anaerop tumbuh dengan
cepat adanya infeksi anaerop yang menyebabkan pertahanan jaringan menurun
hipoksia jaringan, dimana bakteri anaerop yang ada pada plak subginggiva
berkembang jadi patogen sehingga terjadi infeksi jaringan periodontal. Pada penderita
DM ginggivanya turun sehingga gigi
penderita DM tampak keluar dari soket, disebut juga food impaction (makanan masuk ke poket sehingga menjadi bau).1,2,3
PEMERIKSAAN
PENUNJANG UNTUK PENYAKIT PERIODONTITIS DAN DIABETES MELITUS
Untuk mendiagnosa apakah
seseorang menderita penyakit periodontitis yang diikuti oleh penyakit diabetes
mellitus, maka dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya :
•perkusi
: pukulan cepat pada gigi dengan
mengetuk pada permukaan gigi
•
palpasi : dengan perabaan, menekan gigi dan gusi yang sakit serta
jaringan sekitar untuk mengetahui jaringan sekitar.
•
pemeriksaan mobilitas gigi : untuk menentukan gigi terikat kuat dengan
tulang alveolar atau tidak.
•
mikrobiologi : menentukan bakteri yang menyebabkan penyakit.
•
pengukuran kedalaman poket : untuk diagnosis periodontal dan
interpretasi dari inflamasi ginggiva dan pembengkakan.
•Pemeriksaan darah
: untuk diagnosa kadar gula darah (deteksi DM), diantaranya TTGO, darah puasa,
post prandial, dan darah sewaktu
•Pemeriksaan urine :
untuk diagnosa kadar gula dalam urine guna melihat apakah seseorang menderita
DM atau tidak, termasuk didalamnya test benedict, test rothera, test fehling
dan kertas celup.3,4,5
PROSEDUR
PEMERIKSAAN, TRANSPORTASI KLINIK DAN IDENTIFIKASI PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk kasus
periodontitis dengan diagnosa DM, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium,
diantaranya:
1.
mikrobiologi
Kultur, langkah-langkahnya :
• ambil spesimen dari bagian yang sakit dengan
ose
• masukkan dalam tabung reaksi yg berisi medium
cair, centrifuge agar homogen dan diamkan 2-5 jam pada suhu 37 derajat celcius.
• ambik kapas lidi steril dan masukkan dalam
tabung reaksi, kemudian inokulasikan kepermukaan medium MHA secara merata.
• letakkan disk anti mikroba menggunakan pingset
streril di atas permukaan media yang telah terinokulasi, kerjakan secara
aseptif dalam savety cabinet dalam api bunsen.
Untuk interpretasinya dapat dilihat dengan daerah inhibisi
diukur dengan jangka sorong atau penggaris. Dapat dinyatakan :
• Sensitif
• Hampir resisten ( intermediet)
• resisten
1.
Patologi klinik
pengambilan darah vena, langkah kerjanya
:
• sediakan alat punksi yang steril dan jarum
yang sesuai
• sterilkan bagian lengan dengan alkohol 70 %,
lengan atas di bendung dengan karet dan tangan dalam posisi hiperekstensi dan
di kepal
• arahkan jarum dengan sudut 30-45 derajat,
setelah sampai dibawah kulit arahkan jarum kebagian vena.
• hisap secara perlahan , lepaskan bendungan
pada lengan atas sebelum mengeluarkan jarum suntik.
• tutup bekas suntikan dengan kapas.
2.
TTGO ( TES
TOLERANSI GLUKOSA ORAL ), cara kerjanya yaitu:
·
tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan
seperti biasa
·
kegiatan jasmani cukup
·
pasien puasa selama 10-12 jam
·
periksa kadar glukosa darah puasa
·
berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam
air 250 ml, lalu minum dalam 5 menit
·
periksa kadar gula darah saat ½,1,2 jam
setelah diberi glukosa
·
saat pemeriksaan pasien harus istirahat dan
tidak boleh merokok
Untuk
interpretasinya dapat dilihat pada table dibawah ini :
1.
Pemeriksaan
Urin
a. tes benedict, langkah kerja ;
• Masukkan
1-2 ml urin spesimen dalam tabung reaksi
• masukkan 1 ml regensia benedict kedalam urin
tersebut lalu dikocok
• panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
• Perhatikan
jika ada perubahan warna
Interpretasi :
§ 0 : berwarna biru. Kadar glukosa < 0,2 gram/dl
§ +1 : warna hijau. Kadar glukosa 0,2- 0,5 gram/dl
§ +2 : warna orange. Kadar glukosa 0,5-1 gram/dl
§ +3 : warna orange tua. Kadar glukosa 1-2 gram/dl
§ +4 : warna merah bata atau merah pekat. Kadar
glukosa >2 gram/dl
b.
tes
rothera
·
masukkan
5ml urin kedalam tabung reaksi
·
masukkan
1 gram reagensia rothera dak kocok hingga larut
·
pegang
tabung dalam keadaan miring
·
Masukkan 1-2 ml amonium hidroksida secara perlahan
melalui dinding tabung
·
diamkan
tabung dalam keadaan berdiri/ tegak selama 3 menit, baca hasilnya.
Untuk interpretasinya jika ada warna ungu
kemerahan diantara kedua lapisan cairan menandakan adanya zat keton.4,5
CARA
PENGIRIMAN SPESIMEN
Untuk pengambilan specimen perlu diperhatikan beberapa hal:
•Sebaiknya
spesimen klinik untuk pemeriksaan mikrobiologi dikirim ke lab sesegera mungkin,
kurang dari 1 jam.
•Kalau
diantisipasi akan ada keterlambatan maka gunakan medium transfer.
•Dilengkapi
dengan diagnosa klinis dan label serta surat permohonan pemeriksaan.
Selain pemeriksaan penunjang, dapat juga dilakukan pemeriksaan
objektif dan subjektif dari cirri-ciri yang terdapat dalam kasus
tersebut.Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan yang bisa di lihat dan
diamati secara langsung serta dapat diukur dengan parameter-parameter tertentu,
diantaranya:4,5
·
demam
·
lemas
·
Pipi bengkak
·
halitosis
·
Mobiliti
pemeriksaan subjektif merupakan pemeriksaan yang tidak dapat di
amati secara langsung sehingga keterangan harus diperoleh dari keterangan
pasien. Meliputi :
·
palpasi
pada pipi
·
gatal-gatal
·
Luka
sulit sembuh
·
poliuria
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI
Amoxicillin, pada kasus
mengalami resistensi, dimana terjadi kemungkinan, bakteri dapat mendegradasi enzim B laktamase, bakteri dapat
merubah permeabilitas nya terhadap obat, perubahan tempat kerja obat pada
mikroba, inaktif obat oleh mikroba, mikroba membentuk jalan pintas menghindari
tahap yang dihambat oleh antimikroba. Kemungkinan
terapi antibiotik lain yang bisa digunakan:5
•Metformin,
digunakan untuk mengobati DM dengan menjaga daya tahan tubuh.
•Doksisiklin
•Eritromisin
•Brompekstrum
Untuk peresepan obat hendaklah dokter mempertimbangkan obat
yang sesuai dengan keperluan klinik, dosis yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
memperhatikan jangka waktu pemberian obat, dan biaya yang relative dapat
dijangkau oleh pasien.4
KESIMPULAN
Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien menderita
periodontitis yang disertai dengan komplikasi DM, dimana terlihat dari etiologi
dan gejala yang ditunjukan oleh pasien. Pemeriksaan penunjang dan diagnosis
dilakukan dengan tujuan agar kita dapat mengetahui diagnose pasti dari penyakit
yang diderita oleh pasien, dan menentukan terapi serta pengobatan apa yang
sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.
Untuk peresepan dan pengobatan pasien, seorang dokter hendaklah
memperhatikan criteria yang rasional dan sesuai dengan peraturan yang berlaku,
mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Panjaitan M. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit
Periodontal. Medan: Universitas Sumatra Utara, 1995: 34-40.
2.
Erfina I. Perawatan Periodontitis yang Disertai Trauma
Karena Oklusi. Jurnal of dent research 2004:9(2) : 110-4.
3.
Pratiwi R. Diabetes Melitus dan Penyakit Periodontal.
Jurnal of dent research 2004: 9(2) :127-30.