Rabu, 09 Mei 2012

Hubungan Periodontitis dan Diabetes Melitus


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Kelainan pada gigi dapat disebabkan pleh karies dan penyakit periodontal yang dalam proses infeksinya terjadi karena lingkungan bakteri rongga mulut. Adanya kondisi tersebut tidak diherankan jika ditemukan infeksi gigi piogenik, dmana penyebab utama infeksi adalah bakteri penghasil nanah dalam rongga mulut.1,2
Penyakit periodontal sering melibatkan sejumlah penyebab dan gejala-gejala yang kompleks. penelitian juga menyebutkan adanya hubungan antara diabetes Melitus dengan penyakit periodontal (Periodontitis).1,2
Penderita DM menunjukan resiko yang lebih tinggi untuk mengalami periodontitis. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena adanya perubahan pada pembuluh darah, gangguan fungsi neutrofil, sintesis kolagen, factor-faktor mikrobiotik, dan predisposisi genetic.2
Komplikasi kesehatan rongga mulut yang dilaporkan berhubungan dengan DM adalah kehilangan gigi, gingivitis, periodontitis, dan kelainan patologis jaringan lunak rongga mulut. Keluhan p[ada rongga mulut dapat timbul pada penderita DM yang belum terdeteksi, pasien DM yang belum terkontrol, atau pasien DM dengan perawatan yang tidak adekuat. Prevalensi dan keparahan komplikasi medis dan kesehatan rongga mulut tergantung pada tipe DM.1,3
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit dengan karakteristik perubahan toleransi glukosa dan gangguan metabolisme lemak dan karbohidrat. Pada penderita DM ditemukan penurunan fungsi PMN, yang dapat menyebabkan penurunan resistensi host terhadap infeksi. 2,3
Pasien DM memiliki laju kehilangan gigi dan penyakit periodontal yang lebih tinggi daripada non diabetes dan lamanya menderita diabetes juga memperbesar kerusakan jaringan periodontal. Pasien Dm yang control metabolismenya tapi kesehatan atau kebersihan mulutnya baik, hanya mengalami kerusakan periodontal yang minimal.3
BAB II
PEMBAHASAN
Peridontitis yaitu hilangnya pelekatan ligament periodontal dan tulang pendukung gigi yang sering kali disertai dengan inflamasi pada jaringan ginggiva. Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak, yaitu lapisantipis biofilm yang mengandung bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang tepat berada diatas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar kebawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.1,2,3
Tanda klinik dari penyakit periodontitis diantaranya:
  1. Inflamasi ginggiva
  1. Poket gusi
  1. Resesi ginggiva
  1. Mobilitas gigi
  1. halitosis
            Periodontitis dapat disebabkan oleh berbagai factor. Tetapi secara umum factor penyebab periodontitis dbagi dalam dua golongan, yaitu faktor local dan factor sistemik. Factor local yang menyebabkan periodontitis diantaranya factor disekitar gigi atau jaringan penyangga gigi yang dapat mem berikan rangsangan secara langsung pada jaringan penyangga gigi, termasuk didalamnya plak gigi dan bakteri, traumatik oklusi, kalkulus, dan titik kontak gigi. Dapat juga disebabkan oleh bernafas dengan mulut, kelainan lidah, trauma gigi dan iritasi kronis.1,3,4
Pada factor sistemik dilihat dari daya tahan jaringan terhadap serangan dari luar, tetapi dilain pihak factor sistemik dapat menurunkan daya tahan jaringan, antara lain diabetes, penyakit paratiroid, dan nutrisi tidak seimbang.2,5
Pada kasus diatas dapat kita lihat terdapat penyakit periodontitis didukung oleh factor sistemik diabetes mellitus. Keadaan periodontal yang sehat ataupun yang sakit tergantung dari infeksi diantara bakteri dan respon rongga mulut.1

MEKANISME DAN PATHOGENESIS PERIODONTITIS DAN DIABETES MELITUS
        DM manifestasi oralnya yaitu abses periodontal. DM berpengaruh aktif pada proses kerusakan jaringan di rongga mulut. Pada penderita DM pasti ada faktor iritasi lokal, dimana DM sebagai faktor predisposisi dan plak sebagai faktor lokal periodontitis. DM dapat mempercepat kerusakan jaringan periodontal dengan agen mikrobial, perubahan vaskuler pada penderita DM mengenai perubahan pembuluh darah besar dan kecil ( angiopati ) jaringan periodontal mengalami kekurangan suplai darah dan O2 kerusakan jaringan. 
        Kekurangan 02 bakteri anaerop tumbuh dengan cepat adanya infeksi anaerop yang menyebabkan pertahanan jaringan menurun hipoksia jaringan, dimana bakteri anaerop yang ada pada plak subginggiva berkembang jadi patogen sehingga terjadi infeksi jaringan periodontal. Pada penderita DM ginggivanya  turun sehingga gigi penderita DM tampak keluar dari soket, disebut juga food impaction (makanan masuk ke poket sehingga menjadi bau).1,2,3

PEMERIKSAAN PENUNJANG UNTUK PENYAKIT PERIODONTITIS DAN DIABETES MELITUS
      Untuk mendiagnosa apakah seseorang menderita penyakit periodontitis yang diikuti oleh penyakit diabetes mellitus, maka dapat dilakukan beberapa pemeriksaan penunjang diantaranya :
perkusi : pukulan cepat pada gigi  dengan mengetuk pada permukaan gigi
palpasi : dengan perabaan, menekan gigi dan gusi yang sakit serta jaringan sekitar untuk mengetahui jaringan sekitar.
pemeriksaan mobilitas gigi : untuk menentukan gigi terikat kuat dengan tulang alveolar atau tidak.
mikrobiologi : menentukan bakteri yang menyebabkan penyakit.
pengukuran kedalaman poket : untuk diagnosis periodontal dan interpretasi dari inflamasi ginggiva dan pembengkakan.
Pemeriksaan darah : untuk diagnosa kadar gula darah (deteksi DM), diantaranya TTGO, darah puasa, post prandial, dan darah sewaktu
Pemeriksaan urine : untuk diagnosa kadar gula dalam urine guna melihat apakah seseorang menderita DM atau tidak, termasuk didalamnya test benedict, test rothera, test fehling dan kertas celup.3,4,5
PROSEDUR PEMERIKSAAN, TRANSPORTASI KLINIK DAN IDENTIFIKASI PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk kasus periodontitis dengan diagnosa DM, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium, diantaranya:
1.      mikrobiologi 
Kultur, langkah-langkahnya :
       ambil spesimen dari bagian yang sakit dengan ose
       masukkan dalam tabung reaksi yg berisi medium cair, centrifuge agar homogen dan diamkan 2-5 jam pada suhu 37 derajat celcius.
       ambik kapas lidi steril dan masukkan dalam tabung reaksi, kemudian inokulasikan kepermukaan medium MHA secara merata.
       letakkan disk anti mikroba menggunakan pingset streril di atas permukaan media yang telah terinokulasi, kerjakan secara aseptif dalam savety cabinet dalam api bunsen.
      Untuk interpretasinya dapat dilihat dengan daerah inhibisi diukur dengan jangka sorong atau penggaris. Dapat dinyatakan :
      Sensitif
       Hampir resisten ( intermediet)
       resisten
1.      Patologi klinik
pengambilan darah vena, langkah kerjanya :
       sediakan alat punksi yang steril dan jarum yang sesuai
       sterilkan bagian lengan dengan alkohol 70 %, lengan atas di bendung dengan karet dan tangan dalam posisi hiperekstensi dan di kepal
       arahkan jarum dengan sudut 30-45 derajat, setelah sampai dibawah kulit arahkan jarum kebagian vena.
       hisap secara perlahan , lepaskan bendungan pada lengan atas sebelum mengeluarkan jarum suntik.
       tutup bekas suntikan dengan kapas.
2.      TTGO ( TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL ), cara kerjanya yaitu:
·          tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa
·          kegiatan jasmani cukup
·          pasien puasa selama 10-12 jam
·          periksa kadar glukosa darah puasa
·          berikan glukosa 75 gram yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam 5 menit
·          periksa kadar gula darah saat ½,1,2 jam setelah diberi glukosa
·          saat pemeriksaan pasien harus istirahat dan tidak boleh merokok
Untuk interpretasinya dapat dilihat pada table dibawah ini :

1.      Pemeriksaan Urin
a.        tes benedict, langkah kerja ;
      Masukkan 1-2 ml urin spesimen dalam tabung reaksi
       masukkan 1 ml regensia benedict kedalam urin tersebut lalu dikocok
       panaskan selama kurang lebih 2-3 menit
      Perhatikan jika ada perubahan warna
            Interpretasi :
§   0 : berwarna biru. Kadar glukosa < 0,2 gram/dl
§   +1 : warna hijau. Kadar glukosa 0,2- 0,5 gram/dl
§   +2 : warna orange. Kadar glukosa 0,5-1 gram/dl
§   +3 : warna orange tua. Kadar glukosa 1-2 gram/dl
§   +4 : warna merah bata atau merah pekat. Kadar glukosa >2 gram/dl
b.      tes rothera
·         masukkan 5ml urin kedalam tabung reaksi
·         masukkan 1 gram reagensia rothera dak kocok hingga larut
·         pegang tabung dalam keadaan miring
·         Masukkan  1-2 ml amonium hidroksida secara perlahan melalui dinding tabung
·         diamkan tabung dalam keadaan berdiri/ tegak selama 3 menit, baca hasilnya.
Untuk interpretasinya jika ada warna ungu kemerahan diantara kedua lapisan cairan menandakan adanya zat keton.4,5
CARA PENGIRIMAN SPESIMEN
      Untuk pengambilan specimen perlu diperhatikan beberapa hal:
Sebaiknya spesimen klinik untuk pemeriksaan mikrobiologi dikirim ke lab sesegera mungkin, kurang dari 1 jam.
Kalau diantisipasi akan ada keterlambatan maka gunakan medium transfer.
Dilengkapi dengan diagnosa klinis dan label serta surat permohonan pemeriksaan.
      Selain pemeriksaan penunjang, dapat juga dilakukan pemeriksaan objektif dan subjektif dari cirri-ciri yang terdapat dalam kasus tersebut.Pemeriksaan objektif merupakan pemeriksaan yang bisa di lihat dan diamati secara langsung serta dapat diukur dengan parameter-parameter tertentu, diantaranya:4,5
·          demam
·          lemas
·         Pipi bengkak
·          halitosis
·         Mobiliti
      pemeriksaan subjektif merupakan pemeriksaan yang tidak dapat di amati secara langsung sehingga keterangan harus diperoleh dari keterangan pasien. Meliputi :
·         palpasi pada pipi
·         gatal-gatal
·         Luka sulit sembuh
·         poliuria
PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGI
      Amoxicillin, pada kasus mengalami resistensi, dimana terjadi kemungkinan, bakteri dapat mendegradasi enzim B laktamase, bakteri dapat merubah permeabilitas nya terhadap obat, perubahan tempat kerja obat pada mikroba, inaktif obat oleh mikroba, mikroba membentuk jalan pintas menghindari tahap yang dihambat oleh antimikroba. Kemungkinan terapi antibiotik lain yang bisa digunakan:5
Metformin, digunakan untuk mengobati DM dengan menjaga daya tahan tubuh.
Doksisiklin
Eritromisin
Brompekstrum
      Untuk peresepan obat hendaklah dokter mempertimbangkan obat yang sesuai dengan keperluan klinik, dosis yang sesuai dengan kebutuhan pasien, memperhatikan jangka waktu pemberian obat, dan biaya yang relative dapat dijangkau oleh pasien.4
KESIMPULAN
      Pada kasus diatas dapat disimpulkan bahwa pasien menderita periodontitis yang disertai dengan komplikasi DM, dimana terlihat dari etiologi dan gejala yang ditunjukan oleh pasien. Pemeriksaan penunjang dan diagnosis dilakukan dengan tujuan agar kita dapat mengetahui diagnose pasti dari penyakit yang diderita oleh pasien, dan menentukan terapi serta pengobatan apa yang sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. 
     Untuk peresepan dan pengobatan pasien, seorang dokter hendaklah memperhatikan criteria yang rasional dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengutamakan kesehatan dan keselamatan pasien. 
DAFTAR PUSTAKA
1.      Panjaitan M. Etiologi Karies Gigi dan Penyakit Periodontal. Medan: Universitas Sumatra Utara, 1995: 34-40.
2.      Erfina I. Perawatan Periodontitis yang Disertai Trauma Karena Oklusi. Jurnal of dent research 2004:9(2) : 110-4.
3.      Pratiwi R. Diabetes Melitus dan Penyakit Periodontal. Jurnal of dent research 2004: 9(2) :127-30.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar